Menyorok Ladang Undur-undur

This gallery contains 5 photos.

Adzan subuh telah berkumandang. Di sebuah rumah sederhana bernomor 10 di Desa Grogol, Parangtritis, sudah terdengar suara orang sedang mandi. Itulah Mbah Kasio. Pria tua yang menempati rumah tersebut bersama keluarganya. Ia telah terjaga dan mempersiapkan diri untuk berburu undur-undur. … Continue reading

More Galleries | Tagged , , , , , , , , , , , , , , | Leave a comment

Balada Sang Pencatat

Sengatan mentari sangat terik siang ini. Namun seorang pria paruh baya susah payah berlari menuju bis kota menggunakan sepasang tongkat penopang tubuh. Lalu mengacungkan beberapa jarinya kearah bis, dan setelah bis lewat, ia kembali duduk di tempatnya semula dan menulis sesuatu dibuku usangnya.

Pria itu bernama Sumadiono. Salah seorang timer bus yang terdapat di kawasan Yogyakarta. Tugasnya yaitu memberitahu para sopir bus tentang waktu jalannya agar tak saling mendahului dan mengambil penumpang bis kota lain. Ia ngetem di pertigaan UIN-Jalan Solo di dekat museum affandi. Buku usang yang selalu ia bawa, dipakai mencatat waktu dan nomor bis yang lewat memanfaatkan pena dan hape kecil seharga 40rb yang ia beli dari seorang kawan. Jika bis mampir dan mengambil penumpang ditempatnya, ia tak akan repot untuk berjalan ke arahnya. Namun jika bis tersebut melaju kencang tanpa mampir, ia akan sangat kesulitan berlari ke pinggir jalan hanya untuk memberitahu waktu bis tersebut. Bagi orang biasa tak akan sulit memang, namun bagi Pak Sumadiono yang memiliki keterbatasan fisik, hal itu menjadi sangat berat.

20 tahun lalu ia kehilangan sebelah kakinya dalam sebuah kecelakaan. Dan selama itu pula ia menjalani profesi ini. Pahit dan getir kehidupan sudah ia jalani. Fisik yang terbatas, Caci maki, persenan yang kecil, cuaca tidak bersahabat, pendapatan yang hanya 15-20rb, hingga lelah dan sakit karena fisik yang tak sebugar dulu merupakan santapan lumrah baginya. Namun semangat, ketegaran dan keluarga membuatnya bertahan. Bukan hanya sekedar pekerjaan, tapi juga tentang pengakuan. Tentang eksistensi diri di kehidupan yang fana ini.

Naskah Dan Foto Oleh Aldino Friga Putra S.

Posted in Foto Esai (EssayPhoto's) | Tagged , , , , , , , , , , | Leave a comment

Ketinting yang tak lagi menderu

This gallery contains 6 photos.

Meski Jam baru menunjukan pukul 08.00 pagi, hawa panas sudah cukup terasa. Topi dan air menjadi bawaan wajib kala berpetualang di Bumi Etam, atau biasa disebut Kalimantan. Selain itu, aktivitas pertambangan batubara dan hasil bumi lainnya berpengaruh cukup besar bagi … Continue reading

More Galleries | 1 Comment

Perayaan Cap Go Meh

This gallery contains 7 photos.

Berbeda dari hari-hari biasanya, malam minggu ini kawasan Pecinan Semarang, Jawa tengah, sangat ramai dipadati pengunjung. Beragam kalangan baik tua maupun muda tumpah ruah disini. Lampion-lampion bertuliskan huruf-huruf mandarin tergantung dimana-mana. Ada pula pasar dadakan yang di gelar di sudut … Continue reading

More Galleries | Leave a comment

Ketikan Hidup Wahono

This gallery contains 5 photos.

Kios berukuran 1 x 2,5 Meter itu nampak lusuh. Di dalamnya ada seorang renta yang sedang sibuk bergelut dengan sesuatu. Namanya Wahono, ia adalah seorang penyedia jasa service mesin ketik. Dengan lincah, mesin ketik bermerk Brother-1613 itu ia otak-atik. Wahono … Continue reading

More Galleries | Leave a comment

Semarak Idul Adha

This gallery contains 12 photos.

“Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar…..Laa – ilaaha – illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar walillaahil – hamd…”. Idul Adha Menyambut. Suara takbir terdengar sejak malam mulai larut. Pagi ini, ribuan manusia mulai datang dari segala sudut penjuru, memenuhi tiap-tiap tempat yang disulap menjadi … Continue reading

More Galleries | Leave a comment

1 Syuro di Parangtritis

This gallery contains 6 photos.

Shalat magrib baru selesai dilaksanakan. Ribuan orang tampak tumpah ruah memenuhi jalan raya tak seperti biasanya. Suara klakson, deru mesin-mesin kendaraan, soundsystem-soundsystem mobil yang saling bersahutan menyeruak diantara keramaian bak pawai ini. Lajur yang hanya dua, kini menjadi 4 lajur … Continue reading

More Galleries | Leave a comment

Tips dan trik memotret dikarnaval

Tips dan trik memotret dikarnaval

themusida.blogspot.com

Kalau Anda senang melihat pawai atau karnaval dari pinggir jalan, maka Anda harus rela berdesak-desakan dengan sesama penonton.
Anda harus mengeluarkan tenaga dan menebalkan urat malu supaya mendapat tempat yang strategis untuk menonton. Tubuh yang tinggi atau keterampilan memanjat merupakan keuntungan di sini. Dari ketinggian Anda bisa menyaksikan tontonan itu.
 Memotret pada keramaian

Meski demikian, menonton dengan terpaku di satu tempat ini memiliki kelemahan. Ketika arak-arakan itu sudah lewat di depan Anda, maka selesailah sudah tontonan itu. Selain itu, jika Anda memilih tempat yang kurang strategis, maka Anda tidak dapat menyaksikan atraksi istimewa yang ditampilkan oleh peserta karnaval. Peserta karnaval kadang menunjukkan aksi-aksi terbaik mereka ketika arak-arakan itu berhenti selama beberapa saat; ketika mereka sampai di simpang empat atau di depan panggung pertunjukan.

dreamstime.com

Ada cara lain untuk menonton acara karnaval yaitu dengan berperan sebagai fotografer atau videografer. Pada acara arak-arakan di jalanan ini, para perekam visual ini biasanya mendapat keleluasaan untuk masuk ke dalam arena. Mereka bebas bergerak kemana saja untuk mendapatkan posisi pemotretan yang terbaik. Memang, dalam acara tertentu ada aturan protokoler yang ketat. Hanya fotografer yang bertanda khusus saja yang diizinkan masuk. Akan tetapi pada kebanyakan acara, panitia membiarkan para penentang kamera untuk bergerak hilir mudik. Bahkan kadang sampai ijrik-ilir alias mondar-mandir di depan tamu kehormatan, tapi dibiarkan saja. Penyelenggara acara membutuhkan para fotografer ini untuk mempublikasikan acara yang mereka selenggarakan.

pelauts.com

Kalau sedang beruntung, para fotografer bisa mendekat tokoh terkenal atau selebritas yang ikut pawai tersebut. Mereka bisa memilih sudut pandang yang unik. Mereka juga bebas berjalan dari ujung sampai dengan ekor barisan, dan berbalik lagi ke ujung sesuai keinginan.

Berminat memotret karnaval? Berikut tips yang mungkin berguna bagi Anda:

  1. Carilah informasi even-even karnaval. Mintalah kalender wisata setahun yang dibuat oleh Dinas Pariwisata setempat. Anda bisa juga mencari tahu di koran atau agenda acara di internet.
  2. Siapkan kamera Anda. Jika Anda hanya memiliki kamera saku digital, itu sudah cukup. Pindahkan gambar-gambar di kamera pada komputer, kemudian hapus gambar pada kamera untuk mengosongkan memori. Jangan lupa setrum baterai sampai kapasitas maksimal.
  3. Siapkan peralatan “tempur Anda”:
    1. Payung kecil
    2. Kartu memori dan baterai cadangan
    3. Ponsel dengan baterai penuh untuk berkomunikasi dengan penjemput Anda.
    4. Air minum
    5. Aksesoris kamera: lampu kilat, filter dan tripod kecil.
  4. Kenakan pakaian yang nyaman: Sandal gunung atau sepatu sport, topi, kaos berkerah lengan panjang dan celana sebatas lutut.
  5. Pahami lokasi acara supaya Anda bisa memarkirkan kendaraan sedekat mungkin dengan lokasi. Datanglah lebih awal supaya Anda bisa melakukan persiapan lebih baik. Jika datang terlambat maka Anda berjalan lebih jauh karena polisi pasti sudah menutup jalan menuju lokasi.
  6. Amati lingkungan sekitar dan lihatlah arah sinar matahari. Ini untuk mengantisipasi kemungkinan backlight. Pada Solo Batik Carnival 2009, arak-arakan berjalan ke arah Timur. Padahal acara diselenggarakan pada sore hari ketika matahari bergulir ke Barat. Akibatnya, kamera foto sering harus menantang sinar matahari. Jika hal ini tak terhindarkan, maka Anda perlu menyiapkan lampu kilat untuk menyaingi intensitas sinar matahari.
  7. Meski punya keleluasaan, tetap hargailah penonton lain. Usahakan jangan menghalangi pandangan penonton dengan terlalu lama berdiri di satu tempat. Anda juga harus memegang prinsip “empan papan” atau bisa menempatkan diri dengan tepat. Ada kalanya, kita harus menahan diri untuk tidak memotret sembarangan. Misalnya, pada saat pertunjukan berlangsung, kita sebaiknya tidak nyelonong berjalan ke tengah-tengah arena untuk memotret.
  8. Hargai sesama fotografer. Usahakan jangan sampai badan Anda menghalangi kamera yang ada di belakang Anda, terutama kamera video.
  9. Jangan lupa merekam ekspresi penonton. Penonton adalah bagian dari karnaval juga. Kalau kita jeli, kita bisa mendapatkan wajah penonton yang ekspresif saat menyaksikan pertunjukan.
  10. Bersikap P.D. (Percaya Diri) dan sedikit cuek. Kalau Anda hanya memegang kamera saku digital, biasanya akan minder melihat perlengkapan kamera yang dibawa fotografer lain. Dalam hal ini, sebaiknya bersikap cuek saja. Mereka punya perlengkapan kamera canggih karena memang itulah profesinya. Mereka harus mencari uang dari memotret. Entah sebagai fotografer koran, peserta lomba memotret atau penjual jasa memotret. Mereka dituntut menghasilkan karya terbaik. Sementara kita memotret hanya demi kesenangan saja. Jadi dibikin enjoy saja. Bukankah itu yang kita cari ketika memutuskan untuk menonton karnaval?
Posted in Tips n Trick | 1 Comment

Komposisi Foto

Komposisi Foto

(Photo Composition)

                Dalam fotografi, itu bukan hanya sekedar  menembak apa yang penting, tapi cara Anda menembak itu juga sangat penting. Komposisi foto yang buruk dapat membuat subjek yang fantastis membosankan, tapi adegan biasa dengan set yang baik dapat membuat gambar paling biasa dari sebuah situasi menjadi luar biasa. Dengan berbekal hal ini, kami akan memaparkan 10 “aturan” komposisi foto, untuk menunjukan bagaimana anda mengubah gambar anda .

Jangan berpikir untuk selalu mengingat semua aturan ini, dan mengaplikasikannya ke tiap foto yang anda ambil. Lebih baik, anda luangkan sedikit waktu anda untuk mempraktikan tiap aturan. Nantinya, secara tak sadar anda akan ingat sendiri dan akan mengaplikasikan nya secara alami. Sebentar lagi anda akan belajar situasi-situasi tertentu, dimana tiap aturan berbeda bisa di aplikasikan untuk memunculkan efek gambar terbaik

Komposisi foto tak harus rumit. Banyak cerita dan teori tentang “Rule of Thirds”, “Golden Mean’’ (lebih rumit lagi), dan lain sebagainya tentang teori komposisi foto yang rumit. Tetapi, kalau kita terlalu banyak memberi perhatian ke teori-teori tersebut, foto kita akan kehilangan spontanitas atau momen.

Di kehidupan nyata, kita akan menghadapi situasi dimana akan banyak kompleksitas kondisi yang terjadi, dan ini akan membutuhkan pendekatan yang lebih. Apa yang bisa di aplikasikan ke sebuah foto, belum tentu bekerja pada foto lainnya.

Kuncinya, adalah untuk mengerti bagaimana smua keputusan yang anda buat terkait komposisi foto, bisa mempengaruhi “the way a shot looks” dan bagaimana orang melihat foto anda. Cara anda membingkai foto, memilih focal length atau posisi seseorang bisa membuat perbedaan.

Pengetahuan teknis, sangat penting di dunia fotografi, dan tentu saja, di beberapa aspek komposisi fotografi. Tapi, untuk mendapatkan foto-foto yang luar biasa, anda membutuhkan kemampuan melihat juga. Berikut adalah 10 kunci untuk memandu kalian…….

10 rules of photo composition

Photo Composition Tip 1: Menyederhanakan Scene

Image

Image copyright Jure Kravanja

Saat anda melihat adegan dengan mata telanjang, otak anda dengan cepat akan mengambil /menentukan bagian mana yang merupakan focus utama (interest point). Tapi, kamera tak bisa mendiskriminasi, mereka mengambil/men “take” apa saja yang ada di depan mereka, yang bisa mengarahkan pada ketidak fokusan, atau menyebabkan Point Of Interest menjadi berantakan

Apa yang perlu anda lakukan, ialah memilih subjek anda(Point Of Interest), lalu tentukan focal length atau sudut pandang kamera yang membuat subjek itu adalah pusat perhatian dari frame tersebut. Anda tak akan selalu bisa membuang objek lain kluar dari foto anda, jadi cobalah taruh mereka di bagian latar belakang atau jadikan mereka bagian dari cerita tersebut.

Siluet, tekstur, pola, adalah beberapa perangkat yang cukup bekerja dengan baik di komposisi foto yang sederhana

Image

Photo Composition Tip 2: Isi frame nya

Image

Image copyright Jure Kravanja

Saat anda memotret dalam adegan yang berskala besar, tentunya akan sangat susah mengetahui sebesar apa subjek harus masuk dalam frame, dan sebanyak apa zoom yang harus di gunakan. Padahal, meninggalkan ruang kosong yang terlalu banyak merupakan kesalahan terbesar dalam mengkomposisi foto

Image

Untuk menghindari hal ini, anda harus menzoom lebih dekat untuk memenuhi frame, atau mendekat ke subjek yang anda foto. Pendekatan pertama tadi, membuat perspektif gambar menjadi lebih rata, dan membuatnya makin mudah untuk di control, atau meng “exclude” kan apa yang di tampilkan sebagai latar belakang. Tapi, mendekat ke subjek akan membuatmu lebih tertarik untuk mentake hal-hal yang ada.

Photo Composition Tip 3: Aspek Rasio

Image

Image copyright Andy Lea

Sangat mudah untuk terjebak dalam liang dan mengambil setiap gambar dengan kamera dipegang secara horizontal. Mencoba mengubahnya untuk mendapatkan tembakan vertikal, menyesuaikan posisi atau melakukan pengaturan zoom akan membuat Anda bereksperimen dengan gaya baru. Anda akan bisa dan terbiasa mengubah tembakan horisontal maupun vertikal sehingga secara otomatis akan memotong luasan cakupan foto.

Image

Tetapi, tentunya akan terlalu banyak kebetulan jika subjek nyata anda ternyata memenuhi komposisi kamera secara perfect. Cobalah potong dengan rasio 16:9 untuk efek layar lebar, atau dengan bentuk persegi yang digunakan oleh medium-format kamera.

Photo Composition Tip 4: Hindari Tengah

Image

Image copyright Jure Kravanja

Ketika Anda baru saja mulai, anda akan tergoda untuk menempatkan apa pun yang Anda tembak tepat di tengah frame. Namun, hal ini menghasilkan adegan yang agak statis, gambar yang membosankan. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan Rule of  Thirds, di mana Anda memisahkan gambar menjadi tiga, secara horisontal dan vertikal, dan mencoba untuk menempatkan subjek Anda pada salah satu garis imajiner atau persimpangan. Meskipun begitu, Ini adalah pendekatan yang berlebihan.

Sebaliknya, pindahkan subjek Anda jauh dari pusat dan merasakan bagaimana semua dapat seimbang dengan segala sesuatu yang lain dalam adegannya, termasuk bidang warna kontras atau cahaya. Tidak ada aturan yang keras dan cepat tentang  ini dalam emncapai semacam keseimbangan visual, tetapi Anda akan segera belajar untuk mengandalkan naluri Anda – percaya bahwa Anda akan tahu, kapan sesuatu akan tampak tepat. “just, looks good in this way”

Image

Photo Composition Tip 5: Garis Pemandu

Image

Image copyright Fernand Hick

Sebuah foto dengan komposisi yang buruk, akan membuat penikmat tidak yakin untuk menentukan, di mana untuk melihat, dan perhatian mereka mungkin melayang tanpa tujuan di sekitar tempat kejadian, mencoba  menemukan titik fokus yang jelas. Namun, Anda dapat menggunakan garis untuk mengontrol cara melihat orang-orang yang sedang memperhatikan gambar.

Garis Konvergensi memberikan rasa yang kuat dari sebuah perspektif dan kedalaman tiga dimensinya, membuat anda, bisa “menggambar” sebuah gambar. Garis-garis  dapat membawa Anda pada perjalanan di sekitar frame, menuju subjek utama.

Garis ada dimana-mana, dalam bentuk dinding, pagar, jalan, bangunan dan kabel telepon. Mereka juga dapat tersirat, mungkin dengan arah di mana off-center subjek diposisikan.

Image

Photo Composition Tip 6: Gunakan Diagonal

Garis horizontal memberikan rasa, rasa tenang untuk gambar, sementara yang vertikal sering menggambarkan permanen dan stabilitas. Untuk memperkenalkan rasa dramatisasi, gerakan atau ketidakpastian, cari garis diagonal sebagai gantinya.

Image

Image copyright Jure Kravanja

Anda tak membutuhkan banyak hal, slain dari pergeseran posisi atau focal length untuk mendapatkan mereka – sudut pandang yang lebih luas juga cenderung digunakan untuk memperkenalkan garis diagonal karena akan meningkatkan perspektif. Dengan lensa wide-angle, Anda lebih memungkinkan untuk memiringkan kamera,ke  atas atau bawah untuk mendapatkan lebih  banyak adegan yang masuk

Anda juga dapat memperkenalkan garis diagonal artifisial, menggunakan teknik ‘Tilt Belanda’. Anda hanya memiringkan kamera saat Anda mengambil tembakan. Hal ini dapat sangat efektif, meskipun tidak sesuai dengan setiap tembakan dan paling baik,  digunakan secara proporsional saja

Image

Photo Composition Tip 7: Ruang Gerak

Image

Image copyright Max Earey

Meskipun foto-foto sendiri adalah statis, mereka masih bisa menyampaikan rasa gerak yang kuat. Ketika kita melihat gambar, kita melihat apa yang terjadi dan cenderung melihat ke depan – ini menciptakan perasaan ketidakseimbangan atau kegelisahan jika subjek Anda tak memiliki tempat untuk pindah kecuali keluar dari frame.

Anda tidak bisa mendapatkan efek ini, dengan hanya menggerakan subyek. Misalnya, ketika Anda melihat potret, Anda cenderung mengikuti arah pandangan orang tersebut, dan mereka membutuhkan wilayah untuk melihat ke arah itu.

Untuk kedua jenis tembakan ini, harus selalu ada sedikit lebih banyak ruang di depan subjek dari belakangnya.

Image

Photo Composition Tip 8: Latar Belakang

Image

Image copyright John Powell

Jangan hanya berkonsentrasi pada subjek Anda – melihat apa yang terjadi di latar belakang, juga. Ini berhubungan dengan menyederhanakan adegan dan mengisi frame. Anda tidak bisa membuang latar belakang sepenuhnya, tapi tentu saja, Anda bisa mengendalikannya.

Anda akan sering menemukan bahwa mengubah posisi Anda sudah cukup untuk mengganti latar belakang berantakan dengan satu yang melengkapi subjek Anda dengan baik

Image

Atau Anda dapat menggunakan aperture lensa lebar dan memperpanjang lagi fokus untuk membuang latar belakang shingga keluar dari fokus.

Itu semua tergantung pada apakah latar belakang adalah bagian dari cerita yang anda coba ceritakan di dalam foto. Dalam tembakan di atas, latar belakang adalah sesuatu yang perlu ditekan.

Photo Composition Tip 9: Kreatif dengan Warna

Image

Image copyright Jure Kravanja

Warna primer terang sangat menarik mata, terutama ketika mereka sedang dikontraskan dengan warna yang saling melengkapi. Tapi ada cara lain untuk menciptakan warna kontras – dengan memasukkan percikan terang warna latar belakang monokromatik, misalnya. Anda tidak perlu warna kontras yang kuat untuk membuat gambar mencolok jika latar belakangnya sudah kontras sekali.

Adegan yang terdiri hampir seluruhnya dari rona tunggal dapat menjadi sangat efektif. Dan orang-orang dengan palet terbatas dari nuansa yang harmonis, seperti lanskap lembut menyala, sering membuat gambar yang luar biasa.

Kuncinya adalah harus benar-benar selektif tentang bagaimana Anda mengisolasi dan membidik subyek Anda untuk menghilangkan warna yang tidak diinginkan.

Photo Composition Tip 10: Melanggar aturan

Image

Image copyright John Powell

Komposisi Foto adalah sedikit bahasa visual – Anda dapat menggunakannya untuk menyampaikan pesan tertentu dalam gambar anda. Namun, sama seperti kita yang kadang-kadang menggunakan kata-kata tertulis untuk menciptakan efek yang menggelegar, kita bisa melakukan hal yang sama dengan foto, dengan melanggar aturan dengan tentang komposisi foto standar.

Melakukannya dengan sengaja tidak masuk hitungan! Justru ketika Anda memahami aturan komposisi dan kemudian melanggar mereka dengan sengaja,dengan pemahaman bahwa hal-hal itu mulai menarik perhatian. Ini sering jadi kesempatan terbaik untuk melanggar satu aturan, seperti John Powell pada gambar di atas.

Hanya yang perlu di ingat: untuk setiap aturan kami sarankan, di suatu tempat di luar sana , ada  gambaran besar yang bisa membuktikan Anda dapat mengabaikan hal itu dan masih menghasilkan gambar yang fantastis!

Image

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Source – Web

Posted in Pengetahuan, Tips n Trick | Leave a comment

Teknik fotografi blitz/flash Light

Teknik Dasar fotografi Digital : blitz/flash Light

blitz atau flash diterjemahkan secara bebas menjadi lampu kilat. Ini merupakan satu asesori yang sangat luas dipakai dalam dunia fotografi. Fungsi utamanya adalah untuk meng-illuminate (mencahayai/menerangi) obyek yang kekurangan cahaya agar terekspos dengan baik. Tetapi belakangan penggunaannya mulai meluas untuk menghasilkan foto-foto artistik. Artikel ini akan membahas dasar-dasar pengetahuan yang diperlukan untuk menggunakan flash dengan benar.

Menggunakan lampu kilat bukan hanya sekedar menyalakan flash, mengarahkan kamera kemudian klik dan jadilah satu foto yang terang, tetapi ada hal-hal yang perlu kita ketahui demi mendapat karya fotografi yang baik.

blitz dan GN (Guide Number)

Untuk membagi/mengklasifikasikan blitz, ada beberapa klasifikasi yang dapat digunakan. Yang pertama, berdasarkan ketersediaan dalam kamera maka blitz dibagi menjadi built-in flash dan eksternal. flash built-in berasal dari kameranya sendiri sedangkan blitz eksternal adalah blitz tambahan yang disambung menggunakan kabel atau hot shoe ke kamera. Selain itu, kita juga dapat membaginya berdasarkan tipe/merk kamera.

Kita mengenal dedicated flash dan non-dedicated flash. Dedicated flash adalah flash yang dibuat khusus untuk menggunakan fitur-fitur tertentu dalam suatu kamera spesifik. Biasanya produsen kamera mengeluarkan blitz yang spesifik juga untuk jajaran kameranya dan dapat menggunakan fitur-fitur seperti TTL, slow sync atau rear sync, dll. Sedangkan blitz non-dedicated memiliki fungsi-fungsi umum saja dari kebanyakan kamera dan bisa digunakan terlepas dari tipe/merk kamera. flash jenis inilah yang biasanya membutuhkan banyak perhitungan karena flash yang sudah dedicated sudah mendapat informasi pencahayaan dari kamera sehingga tidak membutuhkan setting tambahan lagi.

Ada juga flash yang kekuatan outputnya (GN) bisa diatur dan ada juga yang tidak bisa (fixed GN). Kita akan cenderung lebih banyak membicarakan tentang flash yang non-dedicated, non-TTL, dan fixed GN.

Dalam fotografi menggunakan blitz, kita tidak akan lepas dari kalkulasi-kalkulasi yang berkaitan dengan intensitas cahaya yang terefleksi balik dari obyek yang kita cahayai. Karena itu, kita akan berjumpa dengan apa yang sering disebut GN (Guide Number) atau kekuatan flash. Secara singkat kita dapat katakan kalau flashnya berkekuatan besar, maka akan dapat mencahayai satu obyek dengan lebih terang dan bisa menjangkau obyek yang lebih jauh.

GN pada dasarnya merupakan perhitungan sederhana kekuatan flash. Kita mengenal 2 macam penulisan GN yaitu dengan menggunakan perhitungan satuan yang berbeda yaitu m (meter) dan feet (kaki). Lazimnya di Indonesia kita menggunakan hitungan dengan m. Ini merupakan salah satu pertimbangan juga karena untuk flash dengan kekuatan sama, angka GN m dan feet berbeda jauh. Selain itu, umumnya GN ditulis untuk pemakaian film dengan ISO/ASA 100 dan sudut lebar (35mm/24mm/20mm).

GN merupakan hasil kali antara jarak dengan bukaan (f/ stop atau aperture) pada kondisi tertentu (ISO/ASA 100/35mm/m atau ISO/ASA 100/35mm/feet). Sebagai contoh, jika kita ingin menggunakan flash untuk memotret seseorang yang berdiri pada jarak 5m dari kita menggunakan lensa 35mm dan kita ingin menggunakan f/2.8 maka kita memerlukan flash ber-GN 14. Penghitungan yang biasa digunakan biasanya justru mencari aperture tepat untuk blitz tertentu. Misalnya, dengan blitz GN 28 maka untuk memotret obyek berjarak 5m tersebut kita akan menggunakan f/5.6.

GN ini hanya merupakan suatu panduan bagi fotografer. Bukan harga mati. Yang mempengaruhinya ada beberapa. Salah satunya adalah ISO/ASA yang digunakan. Setiap peningkatan 1 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN bertambah sebesar sqrt(2) atau sekitar 1,4 kali (atau jarak terjauh dikali 1.4) dan peningkatan 2 stop pada ISO/ASA akan menyebabkan GN bertambah 2 kali (atau jarak terjauh dikali 2).

Indoor flash

blitz sering bahkan hampir selalu digunakan di dalam ruangan. Alasannya karena di dalam ruangan biasanya penerangan lampu agak kurang terang untuk menghasilkan foto yang bisa dilihat. Memang, ada teknik menggunakan slow shutter speed untuk menangkap cahaya lebih banyak, tapi biasanya hal ini menyebabkan gambar yang agak blur karena goyangan tangan kameraman maupun gerakan dari orang yang ingin kita foto. Karena itu, biasanya kita menggunakan blitz.

Penggunaannya biasanya sederhana. Kita bisa setting kamera digital di auto dan membiarkannya melakukan tugasnya atau bisa juga kita melakukan setting sendiri menggunakan perhitungan yang sudah dilakukan di atas. Tidak sulit. Hanya saja, ada beberapa hal perlu kita perhatikan agar mendapatkan hasil maksimal.

1. Jangan memotret obyek yang terlalu dekat dengan blitz yang dihadapkan tegak lurus. Ambil contoh dengan blitz GN 20 yang menurut saya cukup memadai sebagai blitz eksternal bagi kamera digital dalam pemotretan indoor dalam ruangan (bukan aula). Jika kita ingin memotret sebutlah orang pada jarak 2 meter dengan ISO/ASA 200 maka kita membutuhkan f/16 yang tidak tersedia pada sebagian besar PDC dan akan menghasilkan gambar yang over. Karena itu, untuk PDC/DSLR biasanya sudah terdapat flash built-in yang TTL dan memiliki GN agak kecil (8-12 pada sebagian PDC, 12-14 pada DSLR). Gunakan itu daripada flash eksternal untuk obyek yang agak dekat.

2. Kombinasikan flash dengan slow shutter speed untuk mendapatkan obyek utama tercahayai dengan baik dan latar belakang yang memiliki sumber cahaya juga tertangkap dengan baik. Ini adalah suatu teknik yang patut dicoba dan seringkali menghasilkan gambar yang indah. Jangan takut menggunakan speed rendah karena obyek yang sudah dikenai flash akan terekam beku (freeze).

3. Bila ruangan agak gelap, waspadai terjadinya efek mata merah/red eye effect. Efek mata merah ini terjadi karena pupil mata yang membesar untuk membiasakan diri dengan cahaya yang agak gelap tetapi tiba-tiba dikejutkan cahaya yang sangat terang dari flash. Jika kamera dan/atau flash terdapat fasilitas pre-flash/red eye reduction, gunakan hal ini. Jika tidak, akali dengan mengubah sudut datangnya cahaya flash agar tidak langsung mengenai mata.

4. Dalam ruangan pun ada sumber cahaya yang kuat seperti spotlight. Hindari memotret dengan menghadap langsung ke sumber cahaya kuat tersebut kecuali ingin mendapatkan siluet yang tidak sempurna (kompensasi under 1 – 2 stop untuk siluet yang baik). Dalam kondisi demikian, gunakan flash untuk fill in/menerangi obyek yang ingin dipotret tersebut.

Bounce/Diffuse

flash adalah sumber cahaya yang sangat kuat. Selain itu, flash adalah cahaya yang bersumber dari sumber cahaya yang kecil (sempit). Karenanya, bila cahaya ini dihadapkan langsung pada suatu obyek akan menyebabkan penerangan yang kasar (harsh). Dalam sebagian besar foto dokumentasi konsumsi pribadi dimana petugas dokumentasi menggunakan kamera point & shoot (film/digital) ini bisa diterima. Tetapi dalam tingkat yang lebih tinggi dimana hasil foto ini akan menjadi konsumsi umum, alur keras cahaya akan memberi efek yang kurang sedap dipandang. Ditambah lagi biasanya ini akan menyebabkan cahaya flash memutihkan benda yang sudah agak putih dan menyebabkan detail-detail tertentu lenyap.

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari hal ini dalam artian melunakkan cahaya tersebut:

1. Memperluas bidang datang cahaya yaitu dengan memantulkannya ke bidang lain (bounce).

2. Menyebarkan cahaya yang datang dari sumber kecil tersebut sehingga meluas (diffuse).

Bounce flash dilakukan dengan cara memantulkan flash ke satu bidang yang luas sehingga cahaya datang dalam sudut yang lebih luas. Kita bisa menggunakan langit-langit atau dinding yang ada dalam ruangan. Jika flash eksternal yang terpasang pada kamera digital terhubung melalui hot shoe, maka flash tersebut harus memiliki fasilitas tilt untuk memantulkan cahayanya. Jika terpasang melalui kabel synchro, maka kita bisa memasang flash pada bracket dengan posisi sedikit menghadap ke atas/samping atau memegangnya dengan posisi demikian.

Posisi memantulkan yang tepat agar cahaya jatuh tepat pada obyek adalah dengan menghadapkan flash tersebut pada langit-langit di tengah fotografer/flash dan obyek.

Beberapa hal perlu kita perhatikan dalam memanfaatkan bounce flash ini adalah:

1. Jarak untuk menghitung f/stop berubah bukan menjadi jarak kamera dan obyek tetapi berubah menjadi jarak yang dilalui oleh cahaya flash tersebut. Normalnya pada sudut tilt 45° kita akan melebarkan aperture 1 stop dan pada sudut tilt 90° kita melebarkan aperture sebesar 2 stop. Tentunya ini hanya panduan ringkas. Pada pelaksanaan tergantung teknis di lapangan.

2. Berkaitan dengan no. 1 di atas, maka jarak langit-langit/dinding tidak boleh terlalu jauh atau akan jadi percuma.

3. Gunakan selalu bidang pantul berwarna putih dan tidak gelap. Warna selain putih akan menyebabkan foto terkontaminasi warna tersebut sedangkan warna gelap akan menyerap cahaya flash tersebut.

4. Perhatikan bisa terjadi kemunculan bayangan pada sisi lain cahaya. Misalnya jika kita memantulkan ke langit-langit maka kita akan mendapatkan bayangan di bawah hidung atau dagu dan jika kita memantulkan ke dinding di kiri maka akan ada bayangan di sebelah kanan. Untuk mengatasinya kita dapat menyelipkan sebuah bounce card di bagian depan flash tersebut sehingga ketika kita memantulkan cahaya ke atas/samping kita tetap memiliki cahaya yang tidak terlalu kuat yang mengarah ke depan dan menetralisir bayangan yang muncul.

Untuk mengambil foto secara vertical, akan mudah kalau kita menggunakan koneksi kabel karena kita dapat dengan mudah menghadapkan flash ke atas jika menggunakan bracket atau dipegang. Tetapi jika koneksi kita adalah hot shoe maka pastikan flash kita memiliki fasilitas swivel head sehingga dapat kita putar menghadap ke atas. Lebih bagus lagi jika kita memiliki flash yang dapat di-tilt dan swivel. Ini akan mengakomodasi sebagian besar kebutuhan kita.

Cara lain melunakkan cahaya adalah dengan memperluas dispersinya. Caranya gunakan flash diffuser. flash diffuser akan menyebarkan cahaya yang keluar dari flash ke segala arah sehingga cahaya yang keluar tidak keras. Umumnya tersedia diffuser khusus untuk flash tertentu mengingat head flash berbeda-beda. Dapat juga kita membuat sendiri diffuser untuk flash kita menggunakan bermacam-macam alat.

Ketika kita menggunakan diffuser, sebenarnya kita menghalangi area tertentu dari arah cahaya flash dan membelokkannya ke tempat lain. Ini mengurangi kekuatan flash yang kita gunakan tersebut. Jika diffuser yang kita gunakan adalah hasil beli, maka kita dapat membaca berapa kompensasi aperture yang kita perlukan ketika menghitung eksposur. Biasanya terdapat pada kotak atau kertas manual. Jika kita memutuskan membuat sendiri, maka kita bisa melakukan eksperimen berkali-kali agar mendapatkan angka yang pas untuk kompensasi yang diperlukan kali lainnya.

Outdoor flash

Sekilas jika kita berpikir tentang penggunaan flash, maka kita akan tahu kalau itu berlaku untuk suasana pemotretan yang kekurangan cahaya. Karenanya, kita umumnya tidak memikirkan tentang perlunya penggunaan flash pada pemotretan luar ruangan (siang hari, of course) karena sinar matahari sudah sangat terang. Di sinilah kesalahan kita dimulai. flash sangat dibutuhkan pada pemotretan outdoor, terutama pada:

  1. Kondisi obyek membelakangi matahari. Pada kondisi seperti ini, meter kamera akan mengira suasana sudah cukup terang sehingga akan menyebabkan obyek yang difoto tersebut gelap/under karena cahaya kuat tersebut percuma karena tidak direfleksikan oleh obyek. Cara mengakalinya adalah dengan melakukan fill in pada obyek sehingga walaupun latar sangat terang tetapi obyek tetap mendapat cahaya.
  2. Matahari berada di atas langit. Ini akan mengakibatkan muncul bayangan pada bawah hidung dan dagu. Gunakan flash untuk menghilangkannya. Untuk melembutkan cahayanya gunakan bounce card atau diffuser.
  3. Obyek berada pada open shade (bayangan). flash digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang sama pada keseluruhan obyek karena bayangan akan membuat gradasi gelap yang berbeda-beda pada bagian-bagian obyek apalagi wajah manusia.
  4. Langit sangat biru dan menggoda. Jika kita tidak tergoda oleh birunya langit dan rela mendapat foto langit putih ketika memotret outdoor maka silahkan lakukan metering pada obyek tanpa menggunakan flash atau dengan flash. Jika kita rela obyek kekurangan cahaya asalkan langit biru silahkan lakukan metering pada langit. Nah, jika kita ingin langit tetap biru sekaligus obyek tercahayai dengan baik, gunakan metering pada langit dan fill flash pada obyek. Ini akan menghasilkan perpaduan yang tepat dan pas.
  5. Langit mendung. Ketika langit mendung, jangan segan-segan gunakan flash karena efek yang ditimbulkan awan mendung akan sama seperti jika kita berada di bawah bayangan.

Ada beberapa teknik pengunaan lampu kilat yaitu bounce flash, diffuse flash, direct flash, off camera flash. :
Teknik bounce flash (pantul)

Tujuan mengunakan teknik ini adalah untuk memantulkan cahaya dari flash ke permukaan yang lebih besar seperti langit-langit atau dinding. Dengan memantulkan cahaya dari flash, maka cahaya ruangan yang ada menjadi lebih merata dan halus. Teknik ini baik digunakan di dalam ruangan dengan langit-langit yang tidak terlalu tinggi.

Teknik Diffuse Light (menyebarkan cahaya)

Tujuannya sama dengan bounce yaitu membuat cahaya lebih merata dan halus. Teknik ini bisa dicapai dengan mengunakan aksesori seperti Gari Fong lightsphere atau stofen omnibounce. Dengan salah satu aksesori ini, kita bisa menyebarkan cahaya ke seluruh arah. Teknik ini baik digunakan di dalam ruangan yang relatif kecil.

Teknik Direct Flash (langsung)

Cara mengunakan teknik ini adalah dengan mengarahkan flash langsung ke subjek. Biasanya hasil dari direct flash cukup kasar, maka dari itu sering dihindari. Tapi kalau kita tidak bisa melakukan teknik bounce atau diffuse karena keterbatasan lingkungan, maka teknik ini bisa dilakukan.

Teknik Off Camera Flash

Tujuan teknik ini adalah untuk menghasilkan cahaya yang tearah pada suatu subjek. Misalnya dalam potret manusia, mengunakan teknik ini dengan benar dapat menghasilkan foto objek seperti tiga dimensi. Untuk mengunakan teknik ini, diperlukan penghubung antara kamera dan lampu kilat. Alat penghubung antara lain seperti kabel sinkronisasi (cable sync flash), atau wireless trigger (alat pemantik nirkabel). Dengan adanya alat penghubung, kamera bisa mengatur satu lampu kilat ataupun beberapa lampu kilat yang disusun dalam beberapa kelompok. Ada beberapa kamera digital SLR tingkat menengah seperti Nikon D90 dan Olympus E-620 memiliki wireless trigger built-in sehingga tidak memerlukan alat penghubung tambahan. Tapi biasanya, fitur ini ada kelemahannya seperti jangkauan yang pendek dan tidak terlalu bisa diandalkan di setiap situasi.

Source – Web

Posted in Tips n Trick | 1 Comment